Apakah kegagalan itu menyedihkan ? ” Tentu ” jawabanna tergantun dari sudut mana kita melihatnya, tetapi yang jelas jika kegagalan dianggap suatu kenaasan, ketidak beruntungan, nasib yang menimpa, maka cara pandang ini akan membuat seseorang lebih frustasi, despresi dan hilang samangat, semua itu akan berakibat otak sulit berkembang, kreativitas membeku, apa yang dipikir menjadi buntu seolah-olah tidak ada lagi jalan keluarnya. Lebih berat lagi akan menyalahkan orang disekitarnya, lebih melihat orang sekitarnya berlaku tidak adil pada dirinya, tidak memperhatikan dirinya, menghindar dari dirinya.
Firman mengajarkan : ” Apapun yang terjadi ( buruk maupun jelek ), akan bermanfaat bagi mereka yang beriman, dan sesuai dengan kehendak Allah ” , Mari kita simak kalimat ini
Apapun yang terjadi , tidak membedakan itu baik maupun buruk terhadap diri, berat maupun ringan permasalahan yang dihadapi, sedih maupun senang, keberuntungan maupun kerugian yang dialami. Promosi jabatan maupun diberhentikan dari pekerjaan, kehilangan orang dekat dan lain-lain.
Bermanfaat bagi mereka yang beriman –> Ini menunjukan bahwa ada harapan dihadapan kita, ada sesuatu yang indah bagi keyakinan yang tertanam kuat, hanya karena belum tiba saatnya, waktunya tepat masih belum hadir. Dimaksudkan bahwa anda belajar sabar, menanti saat tiba maka bayi yang diharapkan akan lahir dengan sendirinya. Banyak manusia tidak sabar, suka membuat analisa dan logika sendiri, makin pintar makin logikanya masuk diakal, sehingga frustasi mendahului semuanya. Upaya-upaya dilakukan, makin berupaya makin hancur, seolah-olah nasib buruk setia mendampingi diri. Tidak ada jalan jeluar, pikiran buntu. Demikianlah manusia jika menghandalkan kepandaian diri. Tidak bisa berpikir jernih, bahkan meyakini logika diri yang sudah kehilangan pegangan kuat, karena tidak mampu berpikir jernih. Hal ini sulit disadari bagi mereka yang selalu hanya bersandar pada kepandaian diri, dan tidak berani maupun rela menyerahkan sepenuhnya pada iman percaya padaNya. Hanya bisa beralasan iman itu tidak jelas, Tuhan itu siapa ? Tidak mungkin DIA mampu menyelesaikan masalah-ku.
Sesuai dengan kehendak-KU –> Banyak manusia jatuh dalam keragu-raguan dan tidak yakin tentang iman percaya, lebih meyakini nasib, dan kesialan diri, apalagi diminta untuk sabar tunggu sampai Aku hadir dan mulai mengatur langkah-langkah untuk-mu. Lebih condong mengatakan , besok sudah hari terakhir, nasib buruk sudah akan menimpa segera, bagaimana mungkin saya bisa menunggu lagi ?apakah saya harus mati konyol , tanpa berbuat ?
Kacamata Tuhan melihat jauh lebih luas, dan bermanfaat secara menyeluruh, tidak sesempit yang kita lihat, tanpa memikirkan lingkungan, kepentingan orang banyak, waktu yang tepat. Disinilah terbentuk tembok besar yang seolah-olah kita berdoa, Tuhan tidak mendengar. Lebih mudah kita berkeluh kesah dari pada menyerah secara total akan kuasa-Nya. Tidak berarti ada masalah anda tidak berbuat apa-apa, sebaliknya diminta untuk direnungkan, mengapa itu semua bisa terjadi, belajar mendengar suara hati terdalam yang selama ini tidak pernah didengar, bahkan dianggap tidak ada.
Sebagai contoh, Ada kisah seorang teman guru yang bekerja di satu sekolah terkenal, ia merasa sudah bekerja keras dan menghabiskan waktu 10 tahun lebih, namun nasibnya tidak pernah berubah, anak makin besar kebutuhan makin meningkat, sebentar lagi anak nya akan mesuk ke pendidikan tinggi. Maka berpikirlah dengan nasib sendiri, kapan ia bisa masukan anaknya ke universitas, jika penghasilannya hanya cukup untuk kehidupan sebulan, kadang malah harus hutang jika pengeluaran diluar dugaan tiba-tiba datang. Karya di sekolah tidak berkembang, maka mulailah ia berpikir untuk ganti profesi, doanya mungkin dirasakan sudah mantap, maka ia mengajukan berhenti dari sekolah dimana ia mengajar, memutuskan pulang kampung untuk melakukan wira swasta yang belum jelas, karena masih dalam perencanaan. Namun ia berani mengatakan bahwa itu kehendak Tuhan untuk dia. Setelah tiba waktunya untuk berhenti, ia mendapatkan tawaran dari teman ( pengurus yayasan sekolah dimana ia bekerja )yang dikenalnya di sekolah dimana ia mengajar. Ia dikenalkan suatu tempat kerja di ibu kota, suatu perusahaan Multinasional, cerita singkat dia diterima bekerja disitu dan mendapatkan bayaran 2 kali lipat ditambah fasilitas yang jauh lebih baik dari masa bekerja di sekolah lama. Maka mulai dia berlogika dan bercerita pada teman-temannya, menjelekan sekolah lama sambil mengatakan untung saya bisa diterima disitu, bila tidak anak saya tidak bakal bisa kuliah, sekolah yang lama sama sekali tidak berikan harapan. Inilah bukti Tuhan mengabulkan doanya.
Cerita diatas sering dirasakan oleh manusia, bahkan juga pada orang percaya. Apakah tepat apa yang dikatakan oleh teman diatas ? Pernahkah dia memikirkan dan bersyukur bahwa selama belerja di tempat lama, meskipun sudah puluhan tahun lamanya, dan mengenal teman dari yayasan sekolah dia bekerja, kemudian mendapatkan pekerjaan baru yang lauh lebih baik untuk merubah nasibnya ? Tidak, sama sekali dia tidak berpikit demikian, sebaliknya menjelekan sekolah lama dia bekerja , bukan ? — Coba renungkan, proses berjalan selama 10 tahun lebih, dalam kurun waktu itu ia bisa mengenal teman pengurus, dan mengenalkan untuk bekerja di tempat yang lebih baik. Apakah proses berjalan selama itu tidak ada manfaat bagi dia ? Bisakah dia kenal teman yayasan itu jika dia tidak pernah bekerja di sekolah itu ? Manusia tamak, hanya berpikir untuk diri sendiri, dan tidak pernah bersyukur dalam hidupnya, ia akan mengalami banyak masalah, dan bisa diyakini dimanapun ia bekerja akan terulang cara pikir lama.
Semoga dengan sharing ini, kita diingatkan bahwa kegagalan dan kegagalan akan membawa magna baik bagi mereka yang beriman, setia dan taat akan Firman-Nya.
” Kegagalan adalah awal perjalanan masuk dalam keberhasilan “, Optimislah menghadapi kegagalan !
1 comment
iku oooopo
Posting Komentar - Back to Content